Selasa, 29 November 2016

RINGKASAN UNGSUR-UNGSUR BUDAYA LAMPUNG



UNGSUR BUDAYA SUKU LAMPUNG
Nama : NENI SOFIANI  (Npm : 14130023)
Bimbingan dan Konseling
RINGKASAN
Lampung adalah sebuah provinsi paling selatan di Pulau Sumatera, Indonesia. Di sebelah utara berbatasan dengan Bengkulu dan Sumatera Selatan.
Provinsi Lampung dengan ibukota Bandar Lampung yang merupakan gabungan dari kota kembar Tanjungkarang dan Telukbetung memiliki wilayah yang relatif luas, dan menyimpan potensi kelautan.
unsur-unsur kebudayaan suku lampung antara lain yaitu religi, sistem kepercayaan, bahasa, mata pencaharian, kesenian, kekerabatan, pengetahuan, dan fokus kebudayaan.
Etnis Lampung yang biasa disebut  (Ulun Lampung, Orang Lampung) secara tradisional geografis adalah suku yang menempati seluruh provinsi Lampung dan sebagian provinsi Sumatera Selatan bagian selatan dan tengah yang menempati daerah Martapura, Muaradua di Komering Ulu, Kayu Agung, Tanjung Raja di Komering Ilir, Merpas di sebelah selatan Bengkulu serta Cikoneng di pantai barat Banten.
Serta suku lampung saat ini telah mengalami pergeseran kebudayaan tanpa menghilangkan kebudayaan asli mereka. Jadi proses konseling lintas budaya pada suku lampung dilakukan oleh dua kebudayaan yang berbeda namun dalam proses konseling konselor harus memiliki keterampilan-keterampilan dan sikap tanggap akan kebudayaan yang dimiliki oleh konseli agar dalam proses konseling lintas budaya antara dua suku yang berbeda dapat berjalan dengan baik.
Kata kunci : ungsur budaya suku lampung

Pendahuluan
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Terkait dengan urain di atas, maka untuk lebih memperdalam pengetahuan mengenai Ragam Kebudayaan di sini kita akan membahas sedikit mengenai Ragam Budaya Lampung pada khusus nya yang meliputi Sistem Kekerabatan, Sistem Religi, Organisasi Sosial, Sistem Mata Pencaharian, dan Kehidupan Sosial Budaya yang berkembang di Masyarakat Lampung.
METODE
Dalam proses pengumpulan data penukis menggunakan  metode observasi dan  Wawancara langsung dengan orang lampung Penulisan ini disampaikan secara deskriptif dari berbagai sumber yang didapat mengenai informasi data yang berhubungan dengan ungsur-ungsur budaya lampung dan pelaksanaaan lintas budaya terhadap konseli berbudaya lampung.

PEMBAHASAN
Lampung adalah sebuah provinsi paling selatan di Pulau Sumatera, Indonesia. Di sebelah utara berbatasan dengan Bengkulu dan Sumatera Selatan.
Provinsi Lampung dengan ibukota Bandar Lampung yang merupakan gabungan dari kota kembar Tanjungkarang dan Telukbetung memiliki wilayah yang relatif luas, dan menyimpan potensi kelautan. Pelabuhan utamanya bernama Pelabuhan Panjang dan Pelabuhan Bakauheni serta pelabuhan nelayan seperti Pasar Ikan (Telukbetung), Tarahan, dan Kalianda di Teluk Lampung. Sedangkan di Teluk Semaka adalah Kota Agung (Kabupaten Tanggamus), dan di Laut Jawa terdapat pula pelabuhan nelayan seperti Labuhan Maringgai dan Ketapang. Di samping itu, Kota Menggala juga dapat dikunjungi kapal-kapal nelayan dengan menyusuri sungai Way Tulang Bawang, adapun di Samudra Indonesia terdapat Pelabuhan Krui.

Etnis Lampung yang biasa disebut  (Ulun Lampung, Orang Lampung) secara tradisional geografis adalah suku yang menempati seluruh provinsi Lampung dan sebagian provinsi Sumatera Selatan bagian selatan dan tengah yang menempati daerah Martapura, Muaradua di Komering Ulu, Kayu Agung, Tanjung Raja di Komering Ilir, Merpas di sebelah selatan Bengkulu serta Cikoneng di pantai barat Banten.
Pengantin dari suku Lampung. Kedua Mempelai merupakan Pengantin dari Suku Lampung Marga Sungkai Bungamayang. Siger adalah Mahkota Wanita Pengantin Suku Lampung yang sangat umum digunakan.
Asal-usul ulun Lampung (orang Lampung) erat kaitannya dengan istilah Lampung sendiri. Pada abad ke VII orang di negeri Cina sudah membicarakan suatu wilayah didaerah Selatan (Namphang) dimana terdapat kerajaan yang disebut Tolang Pohwang, To berarti orang dan Lang Pohwang adalah Lampung. nama Tolang, Po’hwang berarti “orang Lampung” atau “utusan dari Lampung” yang datang dari negeri Cina sampai abad ke 7.Terdapat bukti kuat bahwa Lampung merupakan bagian dari Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Jambi dan menguasai sebagian wilayah Asia Tenggara termasuk Lampung dan berjaya hingga abad ke-11.
Dalam kronik Tai-ping-huan-yu-chi dari abad kelima Masehi, disebutkan nama-nama negeri di kawasan Nan-hai (“Laut Selatan”), antara lain dua buah negeri yang disebutkan berurutan: To-lang dan Po-hwang. Negeri To-lang hanya disebut satu kali, tetapi negeri Po-hwang cukup banyak disebut, sebab negeri ini mengirimkan utusan ke negeri Cina tahun 442, 449, 451, 459, 464 dan 466. Prof. Gabriel Ferrand, pada tulisannya dalam majalah ilmiah Journal Asiatique, Paris, 1918, hal. 477, berpendapat bahwa kedua nama itu mungkin hanya satu nama: To-lang-po-hwang, lalu negeri itu dilokasikan Ferrand di daerah Tulangbawang, Lampung.
Prof. Purbatjaraka, dalam bukunya Riwajat Indonesia I,Jajasan Pembangunan, Djakarta, 1952, hal. 25, menyetujui kemungkinan adanya kerajaan Tulangbawang, meskipun diingatkannya bahwa anggapan itu semata-mata karena menyatukan dua toponimi dalam kronik Cina.

Unsur Budaya Lampung Berdasarkan Wawancara dengan Bapak Dumas yaitu:
1.      Religi atau Sistem Kepercayaan
Masyarakat Lampung pada masa lampau menganut sistem kepercayaan dinamisme yaitu menyembah benda-benda keramat seperti pohon yang berusia ratusan tahun dan diberi sesajen. Pengaruh Hindu pun cukup kental terutama bagi masyarakat daerah pedalaman. Saat mengadakan Ritual Pengangkatan Gelar Kepala Adat diharuskan untuk mempersembahkan kepala kerbau, kerbau yang dipilih harus benar-benar berwarna hitam dan jika memiliki kekayaan lebih, kepala adat tersebut bisa mempersembahkan sampai 24 kerbau, tetapi hanya 1 kepala kerbau yang disimbolkan. Pada masa ini, masyarakat Lampung didominasi oleh agama Islam yang dibawa oleh Sultan Hasannudin.
2.      Bahasa
Lampung memiliki dua dialek nyo (artinya: apa) berasal dari daerah pedalaman dan api (artinya: apa) berasal dari daerah Pesisir. Sampai saat ini bahasa Lampung masih digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Lampung memiliki huruf-huruf aksara Lampung yang menyerupai aksara Jawa.
3.      Mata Pencaharian
Sebagian besar mata pencaharian masyarakat Lampung adalah agraris; pertanian dan perkebunan serta perikanan. Hasil bumi yang terkenal dari daerah pedalaman adalah lada hitam dan lada putih. Sedangkan dari daerah pesisir banyak menghasilkan kopi, kakao, kelapa hibrida, padi dan perikanan. Pada masa sekarang banyak penduduk yang merantau untuk mengubah nasib dan ingin berkembang.
4.      Kesenian
Seni musik yang terkenal adalah:
a.      Gamelan Lampung disebut juga Talo Balak
b.      Kulitang Pring (terbuat dari bambu)
c.       Gambus Luni, Semua alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul.
      Kain Tenun khas Lampung; Tapis digunakan pada saat acara-acara khusus seperti perkawinan, penyambutan tamu, dan pengangkatan gelar. Kain tersebut ditenun oleh alat bernama panto, dan manto adalah orang yang menenunnya. Tarian yang terkenal adalah tari cangget (menari di atas talam), tari melinting canggat, dan tari sigeh penguteun dilakukan saat sedang penyambutan tamu dan ditarikan secara ganjil 7,9 orang. Kegiatan berpantun pun diberlakukan pada acara kumpul-kumpul atau silahturahmi dan juga saat acara-acara besar seperti perkawinan.
5.      Kekerabatan
Sistem kekerabatan Lampung menarik garis dari ayah atau patrilineal. Bentuk perkawinan pada umumnya pihak laki-laki lah yang melamar dan pada hari pertama lamaran membawa hantaran berupa buah, kue-kue disertai alunan musik gamelan; Talo Balak. Pada perkawinan pun diberlakukan penyembelihan kepala kerbau minimal 1 ekor. Pada masyarakat Lampung Pedalaman memiliki peraturan yang ketat yaitu pasangan yang sudah menikah tidak boleh bercerai, jika terpaksa bercerai akan dikenakan denda sebesar 50gram emas dibayar kepada pihak yang diceraikan. Lain hal dengan masyarakat Lampung Pesisir diperbolehkan kawin cerai, misalkan jika pasangan tersebut tidak memiliki keturunan dan harus berpisah. Bagi Masyarakat Pesisir, sangat memalukan jika terjadi kawin lari atau disebut sebambangan, karena dianggap seperti mencoreng nama keluarga sendiri.
6.      Pengetahuan
Masyarakat Lampung mempercayai garuda sebagai pembawa berita. Misal pemberitahuan tentang adanya bencana. Masyarakat Lampung tidak mempercayai sistem penaggalan seperti halnya pada masyarakat Jawa yang bergantung pada sistem penanggalan dan pembacaan rasi bintang saat memulai masa bertani.
7.      Fokus Kebudayaan Lampung
Hasil wawancara dari narasumber kami, yaitu Bapak Dumas yang memang asli penduduk Lampung mengatakan suatu unsur yang mendominasi dari kebudayaan ini adalah Sistem upacara adat dan Sistem Kesenian. Sistem upacara adat yang terdiri dari sistem dan tata cara perkawinan, pengangkatan gelar kepala adat, upacara penyambutan tamu yang di lengkapi dengan tari-tarian seperti tari sigeh penguten. Serta norma adat yang mengikat terutama bagi suku Lampung Pedalaman, jika melanggar norma adat akan diberi denda bahkan sampai di usir dari kelompoknya. Secara tidak langsung sistem kesenian terutama tari-tarian (tari sigeh) dan sastra yang mendominasi merupakan dampak dari sistem upacara adat yang menyertakan tari-tarian dan pantun sebagai media atau bagian dari upacara adat.
Perubahan atau Pergeseran Budaya Lampung Dari tradisional hingga sekarang:
Perubahan budaya yang terjadi pada saat ini terlihat jelas pada sistem religi. Menurut Bapak Herianto, masyarakat Lampung pada saat ini didominasi oleh agama Islam, serta agama minoritas dari pendatang seperti Kristen, Budha, Katholik. Tidak lagi memiliki kepercayaan dinamisme seperti para leluhurnya dahulu. Perubahan cara berpakaian mengikuti perkembangan zaman, tidak lagi menggunakan pakaian adat kecuali pada acara-acara khusus seperti perkawinan. Soal perkawinan tidak lagi dibatasi mencari pasangan yang satu suku, bebas memilih pasangan dari luar. Namun banyak pula kebudayaan yang masih bertahan. Diantaranya adalah sistem kesenian dan kekerabatan. Sampai sekarang, Pemda Lampung masih berusaha melestarikan kesenian Lampung seperti tari-tarian daerah maupun seni sastra, yang setiap tahun diadakan festivalnya. Menurut Bapak Herianto, upacara perkawinan masyarakat Lampung yang cukup rumit juga tetap dijalankan secara lengkap sampai sekarang.
Implikasi Unsur-Unsur Budaya Suku Lampung  Terhadap Pelaksanaan Konseling Lintas Budaya.
Menurut Pedersen (1980) dinyatakan bahwa konseling lintas budaya memiliki elemen khas yang sangat dijunjung tinggi oleh kelompok masyarakatnya.
  1. Kompetensi yang dikehendaki
Untuk menunjang pelaksanaan konseling lintas budaya dibutuhkan konselor yang mempunyai spesifikasi. tertentu. Pedersen (dalam Mcrae & jhonson) menyatakan bahwa konselor lintas budaya harus mempunyai kompetensi kesadaran, pengetahuan dan keterampilan.
  1. Kesadaran, konselor lintas budaya harus benar benar mengetahui adanya perbedaan yang mendasar antara konselor dengan klien yang akan dibantunya. Selain itu, konselor harus menyadari benar akan timbulnya konflik jika konselor memberikan layanan konseling kepada klien yang berbeda latar belakang sosial budayanya. Hal ini menimbulkan konsekuensi bahwa konselor lintas budaya harus mengerti dan memahami budaya di Indonesia, terutama nilai nilai budaya yang dimilikinya. Sebab bukan tidak mungkin macetnya proses konseling hanya karena  konselor tidak mengetahui dengan pasti nilai nilai apa yang dianutnya. Dengan demikian, kesadaran akan nilai nilai yang dimiliki oleh konselor dan nilai nilai yang dimiliki oleh klien, akan dapat dijadikan landasan untuk melaksanakan konseling.                                                
  2. Pengetahuan, konselor lintas budaya sebaiknya terus mengembangkan pengetahuannya mengenai budaya yang ada di  Indonesia. Pengetahuan yang perlu dimiliki oleh konselor lintas budaya adalah sisi sosio politik dan susio budaya dari kelompok etnis tertentu. Semakin banyak latar belakang etnis yang dipelajari oleh konselor, maka semakin baragam pula masalah klien yang dapat ditangani. Pengetahuan konselor terhadap nilai nilai budaya yang ada di masyarakat tidak saja melalui membaca buku atau hasil penelitian saja, tetapi dapat pula dilakukan dengan cara melakukan  penelitian itu sendiri. Hal ini akan semakin mempermudah konselar untuk menambah pengetahuan mengenai suatu budaya tertentu.
                        
  1. Keterampilan, konselor lintas budaya harus selalu mengembangkan keterampilan untuk berhubungan dengan individu yang berasal dari latar belakang etnis yang berbeda. Dengan banyaknya berlatih untuk berhubungan dengan masyarakat luas, maka konselor akan mendapatkan keterampilan (perilaku) yang sesuai dengan kebutuhan. Misal, konselor banyak berhubungan dengan orang jawa, maka konselor akan belaiar bagaimana berperilaku sebagaimana orang Jawa. jika konselor sering berhubungan dengan orang Minangkabau, maka konselor akan belajar bagaimana  orang Minangkabau berperilaku.
Tiga kompetensi di atas wajib dimiliki oleh konselor lintas budaya. Sebab dengan dimilikinya ketiga kamampuan itu, akan semakin mempermudah konselor untuk bisa berhubungan dengan klien yang berbeda latar belakang budaya
2. Strategi Intervensi yang Cocok Berdasarkan Kebudayaan
a. Sikap dan Keyakinan
1) Konselor  menghargai agama, keyakinan dan nilai yang dimiliki oleh klien, termasuk    atribut dan hal-hal  yangbersifat tabu, karena hal tersebut mempengaruhi kemenduniaan pandangan mereka, fungsi psikososial, dan eksresi  terhadap stress.       
2) Konselo  menghargai ketulusan pertolongan dan menghargai jaringan  pertolongan instrinsik kaum minoritas sebagai penghalang dalam konseling (monolingual sebagai penjahat.
b. Pengetahuan
1) Konselor  memiliki pengetahuan yang jelas dan eksplisit dan memahami karakteristik umum dari konseling dan terapi (batasan dalam budaya, batasan dalam kelas, dan   monolungual) dan bagaimana mereka memiliki pertentangan dengan nilai kebudayaan dari berbagai kelompok minoritas lainnya
     2.  Konselor menyadari hambatan instistusional yang menghambat kaum  minoritas dalam Mendapatkan pelayanan kesehatan mental penggunaan  prosedur dan interpretasi yang ditemukan dalam budaya dan karakteristik bahasa dari klien mereka memiliki pengetahuan yang cukup mengenai karakteristik komunitas dan sumber-sumber komunitas seperti keluarga mempengaruhi kesejahteraan psikologis pada populasi yang diberikan pelayanan.
c. Keterampilan
1) Konselor  mampu memberikan respon berupa verbal maupun nonverbal  dalam memberikan pertolongan. Mereka mampu memberikan dan menerima kedua pesan tersebut secara tepat dan akurat.
2) Konselor  mampu melatih keterampilan intervensi institusi pada klien pada umumnya. Mereka dapat  memahami apakah akar permasalahan adalah rasisme atau bias diantara mereka (konsep  paranoid) sehingga klien tidak salah dalam mengenali permasalahannya.
Permasalahan yang serius akan muncul apabila bahasa konselor tidak cocok dengan bahasa klien. Dalam kasus ini, konselor sebaiknya a) mencari penterjemah dengan pengetahuan  tentang budaya dan latar belakang professional yang sesuai, dan b). mengalihtangankan pada konselor yang lebih berkompeten dan berpengetahuan dalam dwi bahasa tidak hanya sekedar mampu menggunakan tetapi mereka juga menyadari keterbatasan kebudayaan pendiskriminasian.
Konseling lintas budaya melibatkan konselor dan klien yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda. Agar berjalan efektif, maka konselor dituntut untuk memiliki kepekaan budaya dan melepaskan diri dari bias-bias budaya, mengerti dan dapat mengapresiasi tentang budaya, dan memiliki keterampilan-keterampilan yang responsif secara kultural. Dengan demikian, maka konseling dipandang sebagai “perjumpaan budaya” (cultural encounter) antara konselor dan klien (Dedi Supriadi, 2001:6).
Maka konseling lintas budaya akan dapat terjadi jika antara konselor dan klien mempunyai perbedaan. Kita tahu bahwa antara konselor dan klien pasti mempunyai perbedaan budaya yang sangat mendasar. Perbedaan budaya itu bisa mengenai nilai-nilai, keyakinan, perilaku dan lain sebagainya. Perbedaan ini muncul karena antara konselor dan klien berasal dari budaya yang berbeda. Konseling lintas budaya akan dapat terjadi jika konselor kulit putih memberikan layanan konseling kepada klien kulit hitam atau konselor orang Jawa memberikan layanan konseling pada klien yang berasal dari Lampung.

KESIMPULAN DAN SARAN
A.      Kesimpulan
Lampung adalah sebuah provinsi paling selatan di Pulau Sumatera, Indonesia. Di sebelah utara berbatasan dengan Bengkulu dan Sumatera Selatan.
Provinsi Lampung dengan ibukota Bandar Lampung yang merupakan gabungan dari kota kembar Tanjungkarang dan Telukbetung memiliki wilayah yang relatif luas, dan menyimpan potensi kelautan.
Ungsur-ungsur budaya suku lampung antara lain religi, sistem kepercayaan, bahasa,mata pencaharian, kesenian, kekerabatan, pengetahuan, dan fokus kebudayaan.
Serta suku lampung saat ini telah mengalami pergeseran kebudayaan tanpa menghilangkan kebudayaan asli mereka. Jadi proses konseling lintas budaya pada suku lampung dilakukan oleh dua kebudayaan yang berbeda namun dalam proses konseling konselor harus memiliki keterampilan-keterampilan dan sikap tanggap akan kebudayaan yang dimiliki oleh konseli agar dalam proses konseling lintas budaya antara dua suku yang berbeda dapat berjalan dengan baik.
b. Saran
menurut saya saran nya yaitu kita sebagai warga negara indonesia yang baik dan calon konselor yang baik kita harus bisa saling menghargai budaya-budaya yang ada di indonesia ini atau di daerah sekitar kita karna negara kita itu BHINEKA TUNGGAL IKA  , Walaupun berbeda-beda tetap satu jua.
DAFTAR PUSTAKA

http://ragambudayanusantara.blogspot.com/2008/09/suku-lampung.html

RESUM TENTANG ITP (Inventori Tugas Perkembangan)



ITP (Inventori Tugas Perkembangan)
Nama : NENI SOFIANI  (Npm : 14130023)
Bimbingan dan Konseling

Ringkasan
            Inventori Tugas Perkembangan (ITP) merupakan instrument yang disunakan untuk memeahami tingkat perkembangan individu, dikembangkan oleh tim pengembang sari Universitas pendidikan indonesia (Sunaryo Kartadinata,dkk). Penyusunan itp dimaksudkan untuk menunjang kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Instrumen ini di susun dalam bentuk empat buku inventori, masing-masing untuk memahami perkembangan peserta didik di tingkat SD, SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi.
Kata Kunci : Inventori tugas perkembangan (ITP)         

Pendahuluan
Inventori Tugas Perkembangan (ITP) merupakan instrumen yang digunakan untuk memahami tingkat individu. Instrumen ini dikembangkan oleh Tim pengembang dari Universitas Pendidikan Indonesia (Sunaryo Kartadinat,dkk.). Penyusunannya dimaksudkan untuk menunjang kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.ITP disusun dalam bentuk empak buku inventori, masingmasing untuk memahami perkembangan peserta didik di tingkat SD, SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi.
            Dengan mengetahui tingkat pencapaian perkembangan siswa, diharapkan konselor memiliki kesadaran bahwa program dan bimbingan dan konseling di sekolah harus berdasarkan pada kebutuhan dan perkembangan siswa. Pengembangan instrumen mengacu pada teori perkembangan diri dari Loevinger yang terdiri dari tujuh tingkatan (Lee Knefelkamp, et.al., 1978 dan Blocher, 1987 dalam Sunaryo Kartadinata, dkk., 2003).
            Inventori Tugas Perkembangan telah diujicobakan kepada 336 siswa SD. 323 siswa SLTP, 313 siswa SLTA, dan 219 mahasiswa. Hasil sementara menunjukkan tingkat reliabilitas dan validitas pada tingkat sedang.Hasil uji coba menunjukkan bahwa makin tinggi tingkat konsistensi peserta didik dalam menjawab, makin tinggi tingkat realibitasnya.Apabila dilihat dari homogenitas peserta didik yang mengerjakan ITP, maka makin homogen, reliabilitasnya semakin rendah. Artinya bila ITP diadministrasikan pada kelompok heterogen dan peserta mengerjakan dengan sungguh-sungguh, tingkat reliabilitas ITP akan tinggi.
Metode
Dengan menggunakan metode asesmen teknik non tes, Maka untuk memudahkan konselor mengembangkan program bimbinan dan konseling disekolah, dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengembangan perangkat lunak ATP siswa. ATP ini lah salah satu dari aplikasi tekhnologi inormasi dalam assesmen BK. Proses penelitian ini diawali dengan penyusunan instrumen, yaitu ITP (Inventori tugas perkembangan) sebagai upaya untuk melakukan need assesmen.
PEMBAHASAN

A.            Pengertian Inventori Tugas Perkembangan (ITP)
            Inventori Tugas Perkembangan (ITP) merupakan instrumen yang digunakan untuk memahami tingkat individu. Instrumen ini dikembangkan oleh Tim pengembang dari Universitas Pendidikan Indonesia (Sunaryo Kartadinat,dkk.).
Penyusunannya dimaksudkan untuk menunjang kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.ITP disusun dalam bentuk empak buku inventori, masing-  masing untuk memahami perkembangan peserta didik di tingkat SD, SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi.
Tingkatan tersebut dimulai dari pra-sosial, yaitu tingkatan dimana individu belum mampu membedakan diri dengan lingkungan.Tingkatan terakhir, integrated, merupakan tingkatan yang jarang dicapai oleh orang kebanyakan. Oleh karena itu, bangun tingkatan perkembangan dalam ITP terdiri atas tujuh tingkatan, yaitu :
1.            Tingkat implusif
Memiliki ciri-ciri memilikiidentitas diri sebagai bagian yang terpisah dari orang lain. pola perilaku menuntut dan bergantung pada lingkungansebagai sumber ganjaran dan hukuman, serta berorientasi sekarang (tidak berorientasi pada masa lalu atau masa depan). Individu tidak menempatkan diri sebagai faktor penyebab perilaku.
2.            Tingkat perlindungan diri
Memiliki ciri-ciri peduli terhadap kontroldan keuntungan yang dapat diperoleh dari berhubungan dengan orang lain. Mengikuti aturan secara oportunistik dan hedonistik (prinsip menyenangkan diri).Berpikir tidak logis dan stereotip.Cenderung melihat kehidupan sebagai “zero-sum game”. Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain dengan lingkungan.
3.            Tingkat konformistik
Memiliki ciri-ciri yang meliputi :
1.      Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial,
2.      Cenderung berpikir sterotip dan klise,
3.      Peduli akan peraturan eksternal,
4.      Bertindak dengan motifdangkal (untuk memperoleh pujian),
5.      Menyamakan diri dalam ekspresi emosi,
6.      Kurang intropeksi,
7.      Perbedaan kelompok didasarkan atas cirir-ciri eksternal,
8.      Takut tidak diterima kelompok,
9.      Tidak sensitif terhadap keindividualan, dan
10.  Merasa berdosa jika melanggar aturan.
4.            Tingkat sadar diri
            Memiliki ciri-ciri yang meliputi :
1.      Mampu berfikir alternatif,
2.       Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi,
3.      Peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada,
4.      Orientasi pemecahan masalah,
5.      Memikirkan cara hidup,
6.      Penyesuaian terhadap situasi dan peranan.
7.