Selasa, 29 November 2016

SATLAN BERTEMA FOBIA SEKOLAH



SATUAN LAYANAN PRAKTIKUM BK BELAJAR
DI SEKOLAH

Description: D:\image\logo-logo\UM@.JPG







Disusun oleh  :
NENI SOFIANI
NPM : 14130023



PPROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIAH METRO
2015/2016
SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING


Sekolah                                            : SMP Negeri 2 Trimurjo Lampung Tengah
Kelas/Program                                 : VIII (delapan) B
Tahun Pelajaran                               : 2015/2016
Tugas Perkembangan                       : Peserta didik mampu menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap dirinya sendiri
Alokasi Waktu                                 : 1 x 40 Menit
Pertemuan Ke                                  : 1 dari 4 pertemuan
Bahasan/Topik permasalahan           : Fobia sekolah (Takut kesekolah)
Bidang bimbingan                           : Belajar
Jenis Layanan                                  : Informasi dan Penguasaan Konten
Fungsi Layanan                               : Pemahaman dan pecegahan
Metode                                            : Ceramah, tanya jawab dan diskusi kelompok
Stretegi layanan                               : Klasikal
A.       Standar Kompetensi               : Mengenal penyebab fobia
B.       Kompetensi Dasar                  : Mampu memahami penyebab fobia sekolah
C.       Indikator                                : 1. Agar peserta didik mampu menjelaskan fobia                                                      sekolah
2.  Agar peserta didik mampu menguraikan tanda-tanda fobia sekolah
3.  Agar peserta didik mampu menguraikan waktu berlangsungnya fobia sekolah
4.  Agar peserta didik mampu menjelaskan faktor fobia sekolah
5.  Agar peserta didik mampu menjelaskan cara menangani fobia sekolah

D.       Tujuan Layanan                     : 1. Agar peserta didik dapat menjelaskan fobia                                                      sekolah
2.       Agar peserta didik dapat menguraikan tanda-tanda fobia sekolah
3.       Agar peserta didik dapat menguraikan waktu
berlangsungnya fobia sekolah
4.       Agar peserta didik dapat  menjelaskan faktor fobia sekolah
5.       Agar peserta didik dapat  menjelaskan cara menangani fobia sekolah


























E.     Uraian Kegiatan


Uraian Kegiatan Layanan

     Waktu


Kegiatan Guru
Peserta didik
1
2
3
4
5






A

W

A

L

a.       Salam Pembuka

b.      Doa



c.       Pengkondisian peserta didik

d.      Tujuan layanan


e.       Relefansi

Guru mengucapkan salam

Guru mempersilahkan
murid untuk berdoa

guru melakukan absensi

Guru menyampaikan tujuan layanan.

Guru menjelaskan relefansi ke depan bagi kehidupan peserta didik


Peserta didik menjawab salam

Peserts didik berdo’a


Peserta didik menjawab

Peserta didik merespon

Peserta didik merespon







5
 menit


I

N

T

I

a.    pemberian materi









b.    pembentukan kelompok kecil


Guru menjelaskan apa pengertian fobia, tanda-tanda fobia, waktu berlangsungnya fobia, faktor penyebab dan cara menangani fobia sekolah.

Guru membagi peserta didik jadi beberapa kelompok kecil untuk diskusi
Guru memberikan satu contoh kasus yang berbeda yang diberikan untuk setiap anggota kelompok



Peserta didik mendengarkan penjelasan dari guru






Peserta didik mengikuti perintah










30 menit



























c.    Guru menjelaskan tujuan diberikannya tugas 











d.   Guru menjelaskan tujuan diberikannya LKS




e.    Guru bersama peserta didik membuat kesimpulan

Guru membagikan lembar kerja tugas kepada peserta didik









Guru
membagikan LKS kepada peserta didik, untuk di kerjakan di rumah


Guru mempersilahkan peserta didik untuk menyampaikan kesimpulan



Peserta didik mengerjakan perintah yang diberikan oleh guru.serta salah satu peserta didik perwakilan dari setiap kelompok
membacakan hasil diskusinya dan ditanggapi oleh kelompok lain

Peserta didik mendengarkan, dan merespon pemberian LKS tersebut.


Peserta didik bersama guru membuat kesimpulan




























A

K

H

I

R
a. penguatan



b. kesimpulan






b. salam

Guru memberikan pengutan kepada peserta didik

Guru membacakan kesimpulan mengenai layanan hari ini


Guru mengucapkan salam
Peserta didik merespon


Peserta didik mendengarkan kesimpulan pada hari ini



Peserta didik menjawab salam





5 menit






Jumlah

40
menit










F.   Penyelenggara Layanan                          : Neni Sofiani
G.  Peserta Layanan                                      : Peserta Didik Kelas VIII (delapan)
H.  Tempat penyelenggaraan                        : Ruang Kelas VIII B
I.     Pihak yang disertakan                             : Observer, Dokumentator
J.     Alat dan Perlengkapan                           : Laptop,Lcd, dan monitor
K.  Sumber                                                    : internet  dan sekolah
minggu,27 maret 2016, 08.30
hasil prasurvei di SMP Negeri 2 Trimurjo
                                                             
L.     Rencana penilaian                                :
1.    Penilaian segera: Memberikan pertanyaan sehubungan dengan materi yang telah disampaikan.

2.    Penilaian jangka pendek:  Peserta didik diberi kesempatan untuk bertanya kepada guru bimbingan dan konseling terkait dengan masalah –masalah ataupun materi yang telah dibahas

3.    Penilaian jangka panjang: Peserta didik akan diberi layanan tindak lanjut


M.   Rencana Tindak Lanjut           : Layanan konseling kelompok dan
   Layanan konseling perorangan

N.   Catatan Khusus                       :  jika peserta didik tidak selesai dengan
layanan konseling kelompok maka akan di lanjutkan dengan konseling perorangan dan jika konseling peroranggan tidak juga terselesaikan masalahnya akan dilakukan ahli tangan kasus.                                                                    
Mengetahui                                                                             Metro,   Febuari 2016
Kepala Sekolah                                                                       Praktikan



Ibrahim Cholil S.Pd.mm                                                         Neni Sofiani
NIP. 195906261987021003                                                   NPM. 14130023

























Lampiran materi

A. Pengertian Fobia Sekolah
            Kata “fobia” menurut Baker Encyclopedia of Psychology and Counseling adalah obyek atau situasi-situasi yang tidak berbahaya. Secara singkat Ivan Ward dalam buku yang berjudul Phobia mendefinisikan bahwa fobia adalah sebagai ketakutan yang tidak masuk akal. Fobia sekolah adalah bentuk kecemasan yang tinggi terhadap sekolah yang biasanya disertai dengan berbagai keluhan yang tidak pernah muncul ataupun hilang ketika “masa keberangkatan” sudah lewat, atau hari Minggu/libur. Fobia sekolah dapat sewaktu-waktu dialami oleh setiap anak hingga usianya 14–15 tahun, saat dirinya mulai bersekolah di sekolah baru atau menghadapi lingkungan baru ataupun ketika ia menghadapi suatu pengalaman yang tidak menyenangkan di sekolahnya.

B.  Tanda-Tanda Fobia Sekolah

Ada beberapa tanda yang dapat dijadikan sebagai kriteria fobia sekolah ataupun school refusal, yaitu:
  1. Menolak untuk berangkat ke sekolah.
  2. Mau datang ke sekolah tetapi tidak lama kemudian minta pulang.
  3. Pergi ke sekolah dengan menangis, menempel terus dengan mama/papa atau pengasuhnya, atau menunjukkan “tantrum” nya seperti menjerit-jerit di kelas, agresif terhadap anak lainnya (memukul, menggigit, dsb.) ataupun menunjukkan sikap-sikap melawan/menentang gurunya.
  4. Menunjukkan ekspresi/raut wajah sedemikian rupa untuk meminta belas kasih guru agar diijinkan pulang, dan ini berlangsung selama periode tertentu.
  5. Tidak masuk sekolah selama beberapa hari.
  6. Keluhan fisik yang dijadikan alasan seperti sakit perut, sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah, diare, gatal-gatal, gemetaran, keringatan, atau keluhan lainnya.
  7. Anak berharap dengan mengemukakan alasan sakit, maka ia diperbolehkan tinggal di rumah.
  8. Mengemukakan keluhan lain (di luar keluhan fisik) dengan tujuan tidak usah berangkat ke sekolah.
  9. Senang berdiam diri di dalam kamar dan kurang mau bergaul.
C. Waktu Berlangsungnya Fobia Sekolah
                                                                                                       

            Berapa lama waktu berlangsung fobia sekolah amat tergantung pada penaganan yang dilakukan oleh orangtua. Makin lama anak dibiarkan tidak masuk sekolah (tidak mendapat penanganan apapun), makin lama problem itu akan selesai dan makin sering/intens keluhan yang dilontarkan anak. Namun, makin cepat ditangani, problem biasanya akan berangsur-angsur pulih dalam waktu sekitar 1 atau 2 minggu. Anak yang mengalami fobia sekolah selalu memiliki alasan untuk tidak masuk sekolah, sehingga dalam hal ini orangtua khususnya harus jeli dalam memahami kebutuhan anaknya. Fobia sekolah perlu penanganan serius. Tujuan penanganan utama adalah agar anak segera kembali ke sekolah. Semakin lama tidak sekolah, maka semakin sulit si anak untuk kembali.

D. Faktor Penyebab Fobia Sekolah
            Ada beberapa penyebab yang membuat anak seringkali menjadi mogok sekolah. Orangtua perlu bersikap hati-hati dan bijaksana dalam menyikapi sikap pemogokan itu, agar dapat memberikan penanganan yang benar-benar tepat. Alangkah baiknya, jika orangtua mau bersikap terbuka dalam mempelajari dan mencari semua kemungkinan yang bisa terjadi. Konsultasi dengan guru di sekolah, sharing dengan sesama orangtua murid, diskusi dengan anak, konsultasi dengan konselor/psikolog, (kalau perlu) memeriksakan anak ke paramedis/dokter sesuai keluhan yang dikemukakannya, hingga introspeksi diri adalah metode yang tepat untuk mendapatkan gambaran penyebab dari fobia sekolah anak. Berhati-hatilah untuk membuat diagnosa secara subyektif, didasarkan pada pendapat pribadi diri sendiri atapun keluhan anak semata. Di bawah ini ada beberapa penyebab fobia sekolah dan school refusal:

1. Separation Anxiety
Separation anxiety pada umumnya dialami anak-anak kecil usia balita (18-24 bulan). Kecemasan itu sebenarnya adalah fenomena yang normal. Anak yang lebih besar pun (pre schooler, TK hingga awal SD) tidak luput dari separation anxiety. Bagi mereka, sekolah berarti pergi dari rumah untuk jangka waktu yang cukup lama. Mereka tidak hanya akan merasa rindu terhadap orangtua, rumah, ataupun mainannya, tapi merekapun cemas menghadapi tantangan, pengalaman baru dan tekanan-tekanan yang dijumpai di luar rumah. Separation auxiety bisa saja dialami anak-anak yang berasal dari keluarga harmonis, hangat, dan akrab yang amat dekat hubungannya dengan orangtua. Singkat kata, tidak ada masalah dengan orangtua.

2. Pengalaman Negatif diSekolah atau Lingkungan
            Mungkin saja anak menolak ke sekolah karena dirinya kesal, takut dan malu setelah mendapat cemoohan, ejekan ataupun di”ganggu” teman-temannya di sekolah. Atau anak merasa malu karena tidak cantik, tidak kaya, gendut, kurus, hitam, atau takut mendapat nilai buruk di sekolah. Di samping itu, persepsi terhadap keberadaan guru yang galak, pilih kasih, atau “seram” membuat anak jadi takut dan cemas menghadapi guru dan mata pelajarannya. Atau, ada hal lain yang membuatnya cemas, seperti mobil jemputan yag tidak nyaman karena ngebut, perjalanan yang panjang dan melelahkan, takut pergi sendiri ke sekolah, takut sekolah setelah mendengar cerita seram di sekolah, takut menyeberang jalan, takut bertemu seseorang yang “menyeramkan” diperjalanan, takut diperas oleh kawanan anak nakal, atau takut melewati jalan sepi. Para ahli mengatakan, bahwa masalah-masalah tersebut sudah dapat menimbulkan stress dan kecemasan  yang membuat anak menjadi moody, tegang, resah, dan mulai merengek tidak mau sekolah, ketika mulai mendekati waktu keberangkatan. Dengan sibuknya orangtua, sementara anak-anak lebih banyak diurus oleh baby sitter atau mbak, makin membuat anak sulit menyalurkan perasaannya; dan akhirnya yang tampak adalah mogok sekolah, agresif, pemurung, kehilangan nafsu makan, keluhan-keluhan fisik, dan tanda-tanda lain seperti yang telah disbutkan di atas.

3. Problem Dalam Keluarga
            Penolakan terhadap sekolah bisa disebabkan oleh problem yang sedang dialami oleh orangtua ataupun keluarga secara keseluruhan. Misalnya, anak sering mendengar atau bahkan melihat pertengkaran yang terjadi antara papa-mamanya, tentu menimbulkan tekanan emosional yang mengganggu konsentrasi belajar. Anak merasa ikut bertanggungjawab atas kesedihan yang dialami orangtuanya, dan ingin melindungi, entah mamanya atau papanya. Sakitnya salah seorang anggota keluarga, entah itu orangtua atau kakak/adik, juga dapat membuat anak enggan pergi ke sekolah. Anak takut jika terjadi sesuatu dengan keluarganya yang sakit ketika ia tidak ada di rumah.

4. Pola Hubungan Orangtua dan Anak yang Tidak Sehat
            Yang dimaksud adalah sikap orangtua yang tidak dapat memperlakukan anak-anak sebagai pribadi yang seutuhnya. Orangtua cenderung overprotective, selalu mengatur, pilih kasih dan lain-lain. Atau sebaliknya, orangtua kurang peduli, terlalu sibuk dengan pekerjaan sendiri dan mengabaikan tanggung jawabnya dalam rumah tangga. Akibatnya, perkembangan kepribadian anak menjadi tidak sehat.

E. Penanganan Terhadap Anak yang Mengalami Fobia Sekolah

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan orangtua dalam menangani masalah fobia sekolah antara lain:

1. Tetap menekankan pentingnya bersekolah
            Para ahli pendidikan dan psikolog berpendapat bahwa terapi terbaik untuk anak yang mengalami fobia sekolah adalah dengan mengharuskannya tetap bersekolah setiap hari (the best therapy for school phobia is to be in school every day). Karena rasa takut harus diatasi dengan cara menghadapinya langsung. Menurut para ahli tersebut, keharusan untuk mau tidak mau setiap hari masuk sekolah, malah menjadi obat yang paling cepat mengatasi masalah fobia sekolah, karena lambat laun keluhannya akan makin berkurang hari demi hari. Makin lama dia “diijinkan” tidak masuk sekolah, akan makin sulit mengembalikannya lagi ke sekolah, dan bahkan keluhannya akan makin intens dan meningkat. Selain itu, dengan mengijinkannya absen dari sekolah, anak akan makin ketinggalan pelajaran, serta makin sulit menyesuaikan diri dengan teman-temannya. Kemungkinan besar anak-anak akan coba-coba bernegosiasi dengan orang tua, untuk menguji ketegasan dan konsistensi orang tua. Jika ternyata pada suatu hari orang tua akhirnya “luluh”, maka keesokan harinya anak akan mengulang pola yang sama. Tetaplah bersikap hangat, penuh pengertian, namun tegas dan bijaksana sambil menenangkan anak bahwa semua akan lebih baik setibanya di sekolah.

2. Berusahalah untuk tegas dan konsisten
            Berusahalah untuk tegas dan  konsisten dalam bereaksi terhadap keluhan, rengekan ataupun rajukan anak yang tidak mau sekolah. Entah karena pusing mendengar suara anak atau karena amat mengkhawatirkan kesehatan anak, orangtua seringkali meluluskan permintaan anak. Tindakan ini tentu tidak sepenuhnya benar. Jika ketika bangun pagi anak segar bugar dan bisa berlari-lari keliling rumah ataupun sarapan pagi dengan baik, namun pada saat mau berangkat sekolah, tiba-tiba mogok maka sebaiknya orang tua tidak melayani sikap “negosiasi” anak dan langsung mengantarnya ke sekolah. Satu hal penting untuk diingat adalah hindari sikap menjanjikan hadiah jika anak mau berangkat ke sekolah, karena hal ini akan menjadi pola kebiasaan yang tidak baik (hanya mau sekolah jika diberi hadiah). Anak tidak akan mempunyai kesadaran sendiri karena dirinya harus sekolah dan terbiasa memanipulasi orang tua/lingkungannya. Anak jadi tahu bagaimana taktik atau strategi yang jitu dalam mengupayakan agar keinginannya terlaksana. Jika sampai terlambat, anak tetap harus berangkat ke sekolah kalau perlu ditemani/diantar orangtua Namun jika orangtua mengalami kesulitan dalam menghadapi sikap anaknya, mintalah bantuan pada guru atau sesama orangtua murid lainnya yang dikenal cukup dekat oleh anak. Kadang keberadaan mereka justru membuat anak lebih bisa mengendalikan diri.

3. Konsultasikan masalah kesehatan anak pada dokter
            Jika orangtua tidak yakin akan kesehatan anak, bawalah segera ke dokter untuk mendapatkan kepastian tentang ada/tidaknya problem kesehatan anak. Orangtua tentu lebih peka terhadap keadaan anaknya setiap hari; perubahan sekecil apapun biasanya akan mudah dideteksi orangtua. Jadi, ketika anak mengeluhkan sesuatu pada tubuhnya (pusing, mual, dan sebagainya), orangtua dapat membawanya ke dokter yang buka praktek di pagi hari agar setelah itu anak tetap dapat kembali ke sekolah. Selain itu, dokterpun dapat membantu orangtua memberikan diagnosa, apakah keluhan anak merupakan pertanda dari adanya stress terhadap sekolah, ataukah karena penyakit lainnya yang perlu ditangani secara seksama.

4. Luangkan waktu untuk berdiskusi/berbicara dengan anak
            Luangkan waktu yang intensif dan tidak tergesa-gesa untuk dapat mendiskusikan apa yang membuat anak takut, cemas, atau enggan pergi ke sekolah. Hindarkan sikap mendesak atau bahkan tidak mempercayai kata-kata anak. Cara ini hanya akan membuat anak makin tertutup pada orangtua hingga masalahnya tidak bisa terbuka dan tuntas. Orangtua perlu menyatakan kesediaan untuk mendampingi dan membantu anak mengatasi kecemasannya terhadap sesuatu, termasuk jika masalah bersumber dari dalam rumah tangga sendiri. Orangtua perlu introspeksi diri dan kalau perlu merubah sikap demi memperbaiki keadaan dalam rumah tangga. Orangtua pun dapat mengajarkan cara-cara atau strategi yang bisa anak gunakan dalam menghadapi situasi yang menakutkannya. Lebih baik membekali anak dengan strategi pemecahan masalah daripada mendorongnya untuk menghindari problem, karena anak-anak makin tergantung pada orangtua, makin tidak percaya diri, makin penakut, dan tidak termotivasi untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

6. Konsultasikan pada psikolog atau konselor jika masalah terjadi berlarut-larut
            Jika anak tidak dapat mengatasi fobia sekolahnya hingga jangka waktu yang panjang, hal ini menandakan adanya problem psikologis yang perlu ditangani secara proporsional oleh ahlinya. Apalagi, jika fobia sekolah ini sampai mengakibatkan anak ketinggalan pelajaran, prestasinya menurun dan hambatan penyesuaian diri yang serius, maka secepat mungkin persoalan ini segera dituntaskan. Psikolog/konselor akan membantu menemukan pokok persoalan yang mendasari ketakutan, kecemasan anak, sekaligus menemukan elemen lain yang tidak terpikirkan oleh keluarga, namun justru timbul dari dalam keluarga sendiri (misalnya takut dapat nilai jelek karena takut dimarahi oleh papanya). Untuk itulah konselor/psikolog umumnya menghendaki keterlibatan secara aktif dari pihak orangtua dalam menangani masalah yang dihadapi anaknya. Jadi, orangtua pun harus belajar mengenali siapa dirinya dan menilai bagaimana perannya sebagai orangtua melalui masalah-masalah yang timbul dalam diri anak.


Didalam layanan di SMP Negeri 2 Trimurjo Lmpung Tengah, apabila salah seorang peserta didik mengalami fobia sekolah, cara menanganinya:
1.      melakukan konseling individu
2.      memberikan penguatan kepada peserta didik yang mengalami fobia
3.      menjalin kerjasama dengan guru kelas
4.      guru BK meluangkan waktu untuk diskusi kepada peserta didik yang mengalami fobia sekolah.
5.      Sekiranya guru BK tidak mampu menanganinya, maka akan di alih tangankan.  


















LAMPIRAN MATERI HASIL PRASURVEI
Faktor penyebab fobia sekolah itu dapat disebabkan dari individu itu sendiri dan juga dari faktor lingkungan seperti teman dan keluargannya, tetapi faktor dari lingkungn yang sering terjadi meyebabkan anak menjadi fobia sekolah dan faktor itu dari lingkungan teman sebayanya teman disekolahan nya yaitu karna di bully yang menyebabkan anak itu menjadi takut untuk kesekolah atau fobia sekolah. Fobia sekolah itu semakin lama menanganinya maka semakin lama pula terjadinya fobia sekolah dan tanda-tanda anak fobia sekolah itu sering tidak masuk sekolah atau sering meminta izin untuk pulang dengan alasan sakit.















Lembar kerja siswa
Nama               :
Kelas               :
1.      Apa pengertian dari fobia sekolah?
2.      Apa sajakan faktor penyebab siswa yang mengalami fobia sekolah?
3.      Bagaimana cara mengatasi fobia sekolah menurut anda?

Jawaban






















1 komentar: