Selasa, 29 November 2016

RESUM TENTANG ITP (Inventori Tugas Perkembangan)



ITP (Inventori Tugas Perkembangan)
Nama : NENI SOFIANI  (Npm : 14130023)
Bimbingan dan Konseling

Ringkasan
            Inventori Tugas Perkembangan (ITP) merupakan instrument yang disunakan untuk memeahami tingkat perkembangan individu, dikembangkan oleh tim pengembang sari Universitas pendidikan indonesia (Sunaryo Kartadinata,dkk). Penyusunan itp dimaksudkan untuk menunjang kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Instrumen ini di susun dalam bentuk empat buku inventori, masing-masing untuk memahami perkembangan peserta didik di tingkat SD, SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi.
Kata Kunci : Inventori tugas perkembangan (ITP)         

Pendahuluan
Inventori Tugas Perkembangan (ITP) merupakan instrumen yang digunakan untuk memahami tingkat individu. Instrumen ini dikembangkan oleh Tim pengembang dari Universitas Pendidikan Indonesia (Sunaryo Kartadinat,dkk.). Penyusunannya dimaksudkan untuk menunjang kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.ITP disusun dalam bentuk empak buku inventori, masingmasing untuk memahami perkembangan peserta didik di tingkat SD, SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi.
            Dengan mengetahui tingkat pencapaian perkembangan siswa, diharapkan konselor memiliki kesadaran bahwa program dan bimbingan dan konseling di sekolah harus berdasarkan pada kebutuhan dan perkembangan siswa. Pengembangan instrumen mengacu pada teori perkembangan diri dari Loevinger yang terdiri dari tujuh tingkatan (Lee Knefelkamp, et.al., 1978 dan Blocher, 1987 dalam Sunaryo Kartadinata, dkk., 2003).
            Inventori Tugas Perkembangan telah diujicobakan kepada 336 siswa SD. 323 siswa SLTP, 313 siswa SLTA, dan 219 mahasiswa. Hasil sementara menunjukkan tingkat reliabilitas dan validitas pada tingkat sedang.Hasil uji coba menunjukkan bahwa makin tinggi tingkat konsistensi peserta didik dalam menjawab, makin tinggi tingkat realibitasnya.Apabila dilihat dari homogenitas peserta didik yang mengerjakan ITP, maka makin homogen, reliabilitasnya semakin rendah. Artinya bila ITP diadministrasikan pada kelompok heterogen dan peserta mengerjakan dengan sungguh-sungguh, tingkat reliabilitas ITP akan tinggi.
Metode
Dengan menggunakan metode asesmen teknik non tes, Maka untuk memudahkan konselor mengembangkan program bimbinan dan konseling disekolah, dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengembangan perangkat lunak ATP siswa. ATP ini lah salah satu dari aplikasi tekhnologi inormasi dalam assesmen BK. Proses penelitian ini diawali dengan penyusunan instrumen, yaitu ITP (Inventori tugas perkembangan) sebagai upaya untuk melakukan need assesmen.
PEMBAHASAN

A.            Pengertian Inventori Tugas Perkembangan (ITP)
            Inventori Tugas Perkembangan (ITP) merupakan instrumen yang digunakan untuk memahami tingkat individu. Instrumen ini dikembangkan oleh Tim pengembang dari Universitas Pendidikan Indonesia (Sunaryo Kartadinat,dkk.).
Penyusunannya dimaksudkan untuk menunjang kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.ITP disusun dalam bentuk empak buku inventori, masing-  masing untuk memahami perkembangan peserta didik di tingkat SD, SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi.
Tingkatan tersebut dimulai dari pra-sosial, yaitu tingkatan dimana individu belum mampu membedakan diri dengan lingkungan.Tingkatan terakhir, integrated, merupakan tingkatan yang jarang dicapai oleh orang kebanyakan. Oleh karena itu, bangun tingkatan perkembangan dalam ITP terdiri atas tujuh tingkatan, yaitu :
1.            Tingkat implusif
Memiliki ciri-ciri memilikiidentitas diri sebagai bagian yang terpisah dari orang lain. pola perilaku menuntut dan bergantung pada lingkungansebagai sumber ganjaran dan hukuman, serta berorientasi sekarang (tidak berorientasi pada masa lalu atau masa depan). Individu tidak menempatkan diri sebagai faktor penyebab perilaku.
2.            Tingkat perlindungan diri
Memiliki ciri-ciri peduli terhadap kontroldan keuntungan yang dapat diperoleh dari berhubungan dengan orang lain. Mengikuti aturan secara oportunistik dan hedonistik (prinsip menyenangkan diri).Berpikir tidak logis dan stereotip.Cenderung melihat kehidupan sebagai “zero-sum game”. Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain dengan lingkungan.
3.            Tingkat konformistik
Memiliki ciri-ciri yang meliputi :
1.      Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial,
2.      Cenderung berpikir sterotip dan klise,
3.      Peduli akan peraturan eksternal,
4.      Bertindak dengan motifdangkal (untuk memperoleh pujian),
5.      Menyamakan diri dalam ekspresi emosi,
6.      Kurang intropeksi,
7.      Perbedaan kelompok didasarkan atas cirir-ciri eksternal,
8.      Takut tidak diterima kelompok,
9.      Tidak sensitif terhadap keindividualan, dan
10.  Merasa berdosa jika melanggar aturan.
4.            Tingkat sadar diri
            Memiliki ciri-ciri yang meliputi :
1.      Mampu berfikir alternatif,
2.       Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi,
3.      Peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada,
4.      Orientasi pemecahan masalah,
5.      Memikirkan cara hidup,
6.      Penyesuaian terhadap situasi dan peranan.
7.       



Tidak ada komentar:

Posting Komentar